Minggu, 16 Desember 2012

Pilih : Kekasih, atau Teman?

Sore tadi kalo gak salah, saya sempat menyaksikan salah satu tema dalam serial TV yang menarik untuk dibahas.  Apa sih namanya, lola love ya?, eh, lolly Love.  Serial TV ini merupakan kumpulan cerita seputar cinta, dunia remaja.  Saya tertarik membahas tema yang kebetulan dikemas tadi, intinya begini : pilih teman atau kekasih?.


Sebagian dari kita tentu pernah, sedang, dan mungkin akan mengalami situasi ini : dimana saat kekasih kita justru lebih banyak meluangkan waktunya untuk teman-temannya, ketimbang bersama 'kita'.  Klasik, masalah yang sering dikeluhkan oleh sebagian besar orang yang memiliki kekasih(sorry, mblo, artikel yang ini agaknya kurang nyaman untuk anda.)  Permasalahannya, apakah pantas, seseorang melontarkan pertanyaan di atas ketika batas kesabaran sudah 'habis' akibat kekasih terlalu banyak nyuekin dan justru malah semakin asyik dengan kawan-kawannya?.

Sebelum melakukan itu, saya sarankan anda ngaca dulu, serius.  Ngaca dalam artian yang harafiah dan juga introspeksi diri.  Sebab tidak ada asap tanpa didahului api, kan?.  Maksud saya, ketika asap sudah kebul-kebul di tengah-tengah hubungan anda, yang mengakibatkan kegamangan dan kegalauan dalam menjalaninya, cari dahulu sumber, asal-usul, sebab, darimana sih asap yang bikin jalannya bahtera ikatan cinta anda itu batuk-batuk.

Kebanyakan, yang sering melupakan kekasihnya dan asyik dengan teman-temannya adalah dari kaum laki-laki.  Bukan gak beralasan, laki-laki itu solidaritasnya kental, teman adalah asset berharga bagi masa depan yang akan menunjang pergerakannya nanti.  Hidup itu pasti butuh orang lain kok, apalagi kaum laki-laki memiliki kewajiban untuk mampu berkolaborasi di tengah masyarakat nantinya.

Meskipun begitu, ada batas 'wajar' yang harusnya tetap dijaga ketika seorang laki-laki sudah memiliki kekasih apalagi berumah-tangga.  Ini masalah manajemen waktu, harus ada komitmen yang dititik-kan demi menjaga kelangsungan hubungan itu, kalau perlu, dibuat semacam perjanjian tertulis yang khusus diperuntukkan untuk itu dan dibubuhi materai 6000 serta ditandatangani oleh kedua belah pihak, nah lho, intinya harus tegas!.

Tapi, bagi wanita, harus diperhatikan juga mengapa laki-lakinya kerap lebih suka bersama dengan teman-temannya ketimbang menghabiskan waktu bersama anda.  Setiap manusia pasti punya celah bosan, ada fluktuasi yang jika dituangkan dalam bentuk grafik, akan berbentuk seperti cacing kepanasan.  Tugas wanita adalah mencari tahu, letak titik kebosanan laki-laki dan faktor lain berupa pertanyaan seperti : apakah saya sudah cukup ideal untuk bisa menemani dan menghabiskan waktu bersama, misalnya, dengan suami saya?.  Lalu, apakah saya sudah cukup se-penting itu untuk bisa diprioritaskan oleh kekasih saya?.   Dan, sejauh apa?.

Seseorang akan betah dengan keadaan yang diinginkannya, nyaman dengan orang-orang yang mampu meramaikan hatinya.  Teman ngobrol, itulah yang dibutuhkan setiap orang.  Kenapa kekasih anda lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman-temannya, itu adalah karena dia lebih bisa menyuarakan pikirannya dan bisa saling berkomunikasi sesuai dengan apa yang diinginkannya.  Dia bisa enjoy mendalami momen saat bersama-sama dengan temannya, dengan sedikit sekali tekanan dibandingkan bersama kekasihnya.

Maka, seharusnya kita sebagai kekasih harusnya mampu mendalami minat dan mengerti kebutuhan dirinya, kita harus mampu menjadi teman yang 'nyaman', yang bisa selalu dirindukan dan juga mampu merangsang obrolan-obrolan yang produktif.  Sehingga ketika bersama kekasih, tidak ada istilah garing.  Syukur-syukur jika anda dan sang kekasih memiliki hobi dan/atau minat yang sama, disitulah nanti akan terbangun chemistry, romantisme macam itulah yang mestinya dibangun dalam suatu hubungan.

Saling melengkapi dan mengisi adalah solusi paling jitu untuk mempertahankan hubungan dan meluweskan komunikasi antara anda dan sang kekasih.  Masalah diutamakan atau tidak itu tergantung bagaimana anda mampu memahami orang lain, memenuhi kebutuhannya dan juga cara memperlakukan orang lain.  Otomatis, ketika anda sudah menjadi yang terbaik bagi istri, suami atau kekasih anda, maka anda akan selalu menjadi yang utama dari yang paling utama.

Keterbukaan kemudian menjadi hal yang patut diperhatikan juga, sebab dengan keterbukaan, kita mampu untuk menemukan, apa sih yang harus dan tidak harus, boleh dan tidak boleh, kita lakukan kepada pasangan demi menjaga hubungan baik itu tadi.  Lain soal jika pasangan anda adalah orang yang sangat tertutup, lalu kemudian dia marah-marah karena anda dianggap tidak perhatian kepadanya.  Lah, apa yang mau diperhatikan jika kita tidak tahu apa yang menjadi keinginannya?.

Dalam hubungan, kepekaan itu memang perlu, tapi tidak boleh menebak-nebak, harus ada kejelasan dalam hal apa pun supaya nanti kedepannya akan lancar dan tetap harmonis.  Usaha-usaha yang lain juga terus dilakukan supaya anda bisa menjadi sosok yang ideal yang dianggap 'pantas' untuk menghabiskan waktu lebih banyak dengan sang kekasih, meminimalisir kecenderungan kekasih untuk lebih memilih bersama dengan kawan-kawannya, meski dalam porsi tertentu, kekasih anda wajib untuk menjaga silaturahmi dengan kawan-kawannya.

Tapi apakah semua usaha-usaha itu harus anda sendiri yang menjalaninya, sementara kekasih anda tidak wajib untuk itu?, salah!  Keduanya harus berjalan beriringan, keduanya harus berusaha dan saling mengisi itu tadi, tidak boleh hanya satu pihak yang mati-matian untuk itu sementara yang satunya cuek, itu artinya kekasih anda tidak serius dengan anda.  Untuk permulaan, okelah anda berusaha untuk 'menyadarkan' sang kekasih supaya dia juga mengusahakan sesuatu untuk hubungannya.  Tapi ingat, indikator cinta adalah pengorbanan, dan jika hanya anda yang berkorban, sedangkan kekasih anda tidak, artinya yang mencintai hanya anda, dia tidak, simpel kan?.

Tidak ada sebenarnya, istilah memilih teman atau kekasih, semuanya bisa berjalan beriringan dengan porsi yang disesuaikan serta berbagai pengertian.  Memutuskan salah satunya, atau memaksa seseorang untuk memilih salah satunya, adalah tindakan terdungu yang saya ketahui kecuali jika salah satunya bermuara pada sesuatu yang negatif bagi sang kekasih.

Yang terakhir, anda harus benar-benar mampu menilai pasangan anda, ketika anda ingin berusaha menjadi yang ideal untuknya, apakah dia juga sudah cukup ideal untuk untuk anda?.  Yang jelas, bagaimana pun, cinta itu akan menemukan jalannya.
Categories:

0 komentar:

Posting Komentar