Perjalanan hidup menuju ke-27 tahun itu kemudian harusnya diisi dengan berbagai hal yang positif. Misal, dengan mengembangkan potensi diri, meraih prestasi akademik sebagus-bagusnya, berkreasi sehebat-hebatnya, dan banyak lagi. Yang jelas, apa yang kita tanam sebelum menuju 27 tahun itulah yang akan menentukan sebagian besar hidup kita di masa depan.
Dalam prosesnya, kadangkala kita terlena dengan sesuatu yang tidak berguna, merugikan, hanya dipandang keren sesaat dan lain-lain. Saya pun dulu begitu, meski tidak lama tapi itu cukup merugikan saya di masa kini, banyak waktu terbuang sia-sia, sungguh. Sehingga kemudian saya harus kembali mengumpulkan masa muda saya yang tercecer sia-sia, dengan tertatih-tatih, yang jelas masih menggunakan kaidah, "alon-alon asal kelakon".
Pembentukan karakter sebelum usia 27 tahun juga harus diutamakan, karena itu kita mengenal adagium, "Belajar diwaktu muda laksana mengukir diatas batu, dan belajar diwaktu tua laksana melukis diatas air.". Memang prosesnya akan terasa sangat sulit, namun itulah yang membuatnya jadi terkesan sehingga apa yang kita dapatkan di masa muda bisa jadi lebih mudah diingat sampai akhir hayat. Maka ketika kita menanamkan sesuatu yang baik di masa muda, itulah yang akan membentuk karakter di masa tua. Sebaliknya, jika kita banyak melakukan kesia-siaan dan keburukan di masa muda, maka akan terasa susahnya di usia senja.
Setiap tindakan, apapun itu adalah upaya untuk mempertegas 'siapa' kita sbenarnya, sadar atau tidak. Maka jika ketika senantiasa konsisten mengerjakan kebaikan, maka secara tidak langsung itu akan menegaskan 'diri' kita sebagai orang baik, pun sebaliknya.(Rahmatul Ummah)
Yang harus dilakukan untuk mempersiapkan diri menuju umur 27 tahun adalah perencanaan dan pembuatan visi misi kehidupan, yang akan mengarahkan kehidupan kita kepada suatu tujuan yang jelas, sehingga kita tidak lagi bingung, minimal ketika ditanya, "apa tujuan kamu hidup?,".
Kita harus belajar mengkonsep kehidupan kita sendiri, terlepas dari apakah nanti itu akan berjalan sesuai rencana atau tidak, karena toh manusia hanya ditugaskan untuk merencanakan dan meyakini masa depan, sedangkan untuk urusan hasil biar Tuhan yang menetapkannya. Selanjutnya kita akan melakukan improvisasi disana-sini, sebuah keharusan di dalam hidup, skill paling dibutuhkan untuk survive di tengah kehidupan.
Jika belum mempunyai visi misi, maka harus dibuat mulai sekarang. Diawali dengan visi umum seperti: Menjadi pribadi yang akhlaqul karimah, kompeten, dan bermanfaat bagi alam semesta. Lalu membuat misi-misi atau upaya-upaya yang harus ditempuh demi tercapainya visi di atas, misal :
- Mendalami Agama dan mengimplementasikannya
- Mendalami bidang keilmuwan IT dan mengimplementasikannya
- dan seterusnya..
- dan seterusnya..
Nanti di masing-masing misi itu dibuat lagi visi-visi yang khusus dan berikut dengan misi-misinya, sehingga membentuk hierarki visi-misi yang akan memetakan jalur kehidupan kita, itu yang akan menjadi cetak biru kehidupan kita di masa mendatang, sebuah peta kehidupan dengan berbagai daftar task atau misi yang harus kita selesaikan. Setelah kita menyelesaikan atau menjalani misi-misi itu, terlepas dari gagal atau berhasil, kita akan selalu mendapatkan sesuatu yang sangat berarti : pengalaman, experience. Dari berbagai pengalaman itulah kita belajar, membentuk karakter kita menjadi lebih unggul, tahan banting, tahan uji, yang nanti sangat diperlukan ketika kita berimprovisasi di tengah kehidupan.
Kedewasaan seseorang, juga ditentukan dari pengalaman kehidupannya. Kita tentu tahu bahwa menjadi tua itu sudah pasti, tapi menjadi seseorang yang dewasa itu belum tentu. Di masa muda itulah kita memupuk kedewasaan kita, belajar dari berbagai pengalaman, bukan malah banyak bermain-main.
Yang jelas, kita harus benar-benar 'padat berisi' ketika menyongsong umur 27 tahun, padat dalam artian sarat dengan berbagai pengalaman, wawasan. Berisi dalam artian pengalaman dan wawasan itu benar-benar berguna di masa depan nanti.
Satu hal yang mungkin perlu saya sampaikan kepada sobat readers dan bloggers kemudian adalah, jangan terlalu mikirin dunia 'percinaan'! Itu bisa mengganggu banyak hal dalam kehidupan masa muda yang produktif. Tahan dulu lah hasrat untuk memiliki seseorang atau keinginan untuk punya pacar dan/atau menikah, fokus dulu membangun kehidupan, membangun jati diri. Bukankah jika jodoh, sejauh apapun melangkah tetap akan dipersatukan jua?, seperti kita mengenal pepatah, "asam di gunung, garam di laut, bertemu dalam satu belanga."
Ingat, urusan rejeki, maut dan jodoh itu sudah ada yang mengurusi. Artinya, jika anda tetap melajang dan miskin sampai mati pun, itu adalah kehendak-Nya, dan jika anda menolak ketentuan itu sama saja dengan tidak percaya kepada ketetapan Tuhan kan?. Sekali lagi, tugas manusia adalah merencanakan dan meyakini masa depan. Maka rencanakanlah yang baik, yakini yang benar, jalankan yang bermanfaat, karena, "Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri."(Qs. Al-hadid 22-23)
Mumpung masih muda...
*) umur saya 21 tahun di maret tahun depan, btw.
0 komentar:
Posting Komentar