Sabtu, 22 Desember 2012

22-12-2012, and We are still here.

Sampai saya menulis artikel ini, masih belum terjadi apa-apa seperti yang diisukan dalam beberapa waktu belakangan ini, kecuali pemadaman listrik yang umum kami alami di kampung sini.  Wacana tentang kiamat yang beredar luas di tengah masyarakat memang memprihatinkan, ini mirip-mirip dengan kejadian sekitar 13 tahun yang lalu, pada tahun 1999, sempat juga tersebar isu tentang akhir dunia yang digembar-gemborkan sehingga saya gagal untuk melihat festival gajah
di Way kambas karena keluarga memutuskan untuk tidak kemana-mana sampai lewat tanggal yang diisukan.

Wacana tentang kiamat tentu memang bukan hal baru di tengah masyarakat.  Kabar dan ramalan-ramalan di dalam agama-agama yang mempercayai hari akhir telah punya perannya sendiri dalam menanamkan kepercayaan akan berakhirnya alam dengan konsekuensi logis bahwa semuanya yang berawal akan berakhir, termasuk alam semesta.

Isu kiamat 2012 yang sudah sejak lama ditebar itu bermula dari kesalahpahaman terhadap interprestasi kalender suku Maya, yang digawangi pula oleh triskaidekaphobia.  Pemahaman berakhirnya sistem penanggalan Long count yang dimiliki oleh suku Maya, yang kebetulan tepat berakhir pada baktun ke-13 memicu spekulasi sebagian oknum yang dimanfaatkan pula sebagai strategi marketting untuk beberapa pihak.

Padahal, dalam pemahaman bangsa Maya modern sendiri memang tidak ditemukan adanya opini tentang kiamat yang berkaitan dengan masa kalender mereka.  Kalender yang dibuat itu hanya sebatas membantu organisasi waktu untuk mempelajari dan mencatat pergerakan matahari, bulan, planet-planet yang terlihat, masa panen, sampai siklus kehidupan serangga.  Tidak ada prediksi yang konkrit soal  wacana kiamat dan/atau tentang bencana besar lainnya.

Maka, ketika kita sudah menemukan kejelasan tentang fungsi kalender yang dibuat oleh suku maya tersebut, kita baru melihat bahwa memang isu tentang hari akhir yang selama ini didengar bukan merupakan gagasan asli yang dikeluarkan oleh suku maya, melainkan ada oknum tertentu yang berusaha mengeruk keuntungan dengan cocokmologi yang ditebar.  Yang jelas, sekarang sudah tanggal 22 desember 2012, and, we are still here!

Kita, sebagai masyarakat awam tentunya harus jeli dalam menyaring informasi, dan dalam memutuskan apakah informasi tersebut akan kita terima atau tidak.  Jangan suatu informasi kemudian ditelan mentah yang akan mengakibatkan kerugian bagi diri sendiri.

Satu hal lagi, pada dasarnya kerusakan dan sebagian bencana alam yang terjadi bersumber dari kelalaian manusia dalam menjaga alamnya.  Anda tentu tahu siapa dan bagaimana orang-orang suku Papua, mereka selalu anda letakkan pada tataran dunia 'sekunder'.  Tapi meskipun begitu, mereka telah secara konkrit mampu memanifestasikan kehormatannya terhadap Ibu mereka dengan berbakti kepada alam, ibu pertiwi.  Maka dari itu, mereka dianugrahi potensi Alam dan budaya yang mendunia.

Sedangkan anda?, siapa?, anda itu parasit yang menggerogoti ibu pertiwi, bisanya cuma menghabiskan sumber daya alam, merusak, sombong, tribal, close-minded.  Di mata Alam, anda jauh lebih rendah.  Ingat, surga dibawah telapak kaki ibu, termasuk alam, ibu pertiwi.  Artinya anda harus menghormati dan menjunjung tinggi ibu-ibu anda.

Kehancuran alam atau tanda-tanda kiamat yang diceritakan dalam sebagian agama, tidak lepas dari huru-hara yang di'kerjakan' oleh manusia sendiri.  Oleh sebab itu mari kita tumbuhkan kesadaran untuk lebih menghormati ibu-ibu kita yang dengan sabar dan kasihnya serta sudah melahirkan kita ke dunia dan merawat kita, dengan cara memberi sebuah perlakuan balik yang kalau bisa jauh lebih baik.  Terutama kepada ibu pertiwi, yang sudah menyediakan segala macam kebutuhan kita agar tetap bisa bertahan hidup.

Dan, Selamat hari ibu!

0 komentar:

Posting Komentar