Sabtu, 01 September 2012

Antara planning, realitas dan Tujuan



Ada yang pernah merencanakan sesuatu, sampai ke detail-detail kecilnya, tapi kemudian yang terjadi gak sesuai dengan tujuan awal?,.... jika ada, maka mari silahkan lanjutkan membaca yaa anak-anak. :) *dilemparin tiang listrik*


Rencana pada dasarnya adalah cara kita untuk mengantisipasi hal-hal yang ingin kita hindari(preventif), untuk menunjang pergerakan kita dalam proses mencapai tujuan(support), dan sebagai pegangan untuk tetap berada pada jalur sesuai visi yang diharapkan(guide).  Maka dari itu rencana, atau bahasa inggrisnya planning ini merupakan bagian penting dalam menyusun pergerakan yang sistematis, sehingga segala misi yang dijalankan nantinya bisa berjalan lancar, aman dan terpercaya, sentosa, bahagia, selamat serta makmur,  dan tentunya kita bisa mencapai tujuan yang kita inginkan.

Masalahnya kemudian adalah, sampai dimana rencana itu bisa berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan?, apakah mampu hingga mencapai gagasan utama yang dibahas pada awal-awal kita membuat rancangan gerak tersebut?.  Dalam hal-hal kecil, mungkin kita mampu menyelesaikan task yang terdapat pada misi-misi yang di'anugerah'kan kepada kita, tapi bagaimana jika ternyata misi-misi tersebut berkaitan dengan sesuatu yang besar di dalam hidup kita?, misal, impian.

Di masa kecil dulu, saya ingin sekali menjadi seorang yang mampu membuat robot seperti di film-film transformer itu, keren kan?.  Kemudian beranjak agak besar dikit, impian saya berubah untuk menjadi seorang yang pintar dalam teknik manufaktur, masih berkaitan dengan robotik, tapi lebih kepada yang 'agak' real, misal macam robot pembantu mesin-mesin besar industri mobil di Jepang.  Lalu atas dasar itu, saya, masuk ke STM, jurusan otomotif, yang, ternyata, justru, saya, salah jurusan.  Kemudian atas dasar itu saya kembali mencari celah, bisa gak saya tetap pada 'impian awal' saya dengan 'kondisi' yang seperti itu?.  Pun, saya akhirnya menyadari bahwa untuk masuk ke bidang itu ternyata kembali lagi pada masalah finansial, hati saya disini rasanya hancur berkeping-keping, impian saya buyar, dan dalam fikiran saya sendiri bahkan muak dengan impian saya itu: pria sederhana macam apa dengan keluarga pas-pasan ingin menjadi seorang ahli robot?,.. yang kemudian membuat saya untuk berfikir:"Fokus sajalah ke dunia otomotif", dan saya menjalani hidup dengan setengah hati, setengah mati, setengah setengah...

Lalu, beberapa waktu berlalu, dan saya mulai mengenal dunia komputer lebih dalam akibat adanya 'the accident warnet' di sekolah saya waktu itu, -untuk yang ini saya mengucapkan banyak terimakasih kepada SMKN 2 TERBANGGI BESAR, yang dengan ini mampu kembali 'menyegarkan' hidup saya dan memperbaharui impian saya, sebuah titik awal untuk memperbaiki kekacauan yang sudah terjadi(terjadi(terjadi(terjadi))).-  Dari situ keminatan saya tentang dunia komputer berkembang, dan uniknya saya mampu menjalani kegiatan study saya(tentang otomotif), dengan sangat baik untuk ukuran seseorang yang mulanya ogah masuk ke dunia 'oli dan luka' ini.

Lalu dengan semua keinginan yang telah hancur berkeping-keping itu kemudian saya kumpulkan, saya bangun kembali, saya renovasi dan saya lanjutkan dengan berbagai rombakan disana-sini.  Ada satu hal yang kemudian mengubah paradigma saya tentang impian itu, tentang robot itu sendiri, toh, pada dasarnya otomatisme yang melekat pada gerakan mekanik robot secara impulsif dikontrol oleh program yang ditanamkan, dan siapa yang membuat program itu?, ya Programmer!, lalu untuk menjadi programmer, saya harus apa?, yang jelas harus mempelajari komputer dan memahami seni programming!, saya harus menjadi seorang programmer, apapun yang penting programmer pokoke.  Sampai disitu saya mulai aktif mempelajari komputer, hingga kemudian saya masuk universitas swasta dengan jurusan yang berkaitan dengan komputer, disitu saya belajar banyak hal lagi tentang dunia komputer, meski toh sampai sekarang saya masih bodoh saja tentang hal ini, ndak pinter-pinter!.(mohon maaf kepada seluruh dosen dan mastah-mastah yang sudah capek-capek mengajari namun murid ini tetap saja buodoh poll).

Setelah waktu berlalu, musim berganti, kedewasaan tumbuh, bulu jenggot, ketek, dan kumis juga mulai lebat, bahkan sudah kenal pacaran juga, akhirnya saya 'tenggelam' dengan keminatan saya terhadap dunia ini, dunia dimana saya harus mengetik banyak-banyak hanya untuk menampilkan kalimat "hello, world!" di layar komputer.  Saya menjadi lupa tentang impian masa kecil saya yang begitu besar soal membuat robot seperti bumblebee atau optimus prime, kini saya berkutat pada masalah input, data storage, process, output, dan command memusingkan seperti conditional, loop and subroutine.

Ya, dan kemudian saya asyik menjadi diri sendiri yang sekarang, sampai pada suatu saat ketika nonton lagi film Iron-man, nah, saya ingat lagi impian itu.  Yang kemudian menarik saya kepada keadaan dimana seperti sang musafir yang menemukan jalan kepada dua arah, saya berada pada pertiga'an, pilihan itu seolah hanya memberi 2 pilihan kepada saya: "mau ke kanan atau mau ke kiri?, atau mau balik lagi ke belakang?." *eh..

Sebenarnya, kadang keadaan ini lah yang membuat orang bimbang untuk memilih antara ideal atau mimpi atau planning, dengan membandingkannya pada keadaan yang sekarang, realitas.  Apakah kita ingin terus hidup dengan menjalani 'takdir' yang seperti ini, atau kah harus kembali 'mengejar-ngejar' impian yang sudah lama usang?.

Jalan yang paling sederhana adalah istiqomah, tapi istiqomah terhadap apa?, terhadap impian kita yang lama atau pada keadaan kita yang sekarang?.

Rencana adalah rencana, bagian dari usaha manusia juga toh?, meskipun kadang realitas itu yang banyak mengubah hidup seseorang hingga sampai pada tujuannya, realitas ini yang justru berperan penting dalam tumbuhnya seseorang dalam hidupnya, ini yang tak terhindarkan ketika kita berbicara soal proses, realitas.

Berbagai hal kemudian terkait, soal bagaimana kita merencanakan untuk mencapai sesuatu.  Macam-macam persiapan sudah kita buat, se-presisi mungkin, se-detail mungkin, sehingga kita benar-benar yakin akan mampu mencapai tujuan sesuai dengan rencana yang sudah dibuat.

Masalahnya muncul, adalah  pada saat pelaksanaan tahap-tahap dari bagian rencana kita itu sendiri, banyak hal yang kemudian tidak sesuai dengan dugaan, banyak faktor tak diperhitungkan kemudian datang mengobrak-abrik rencana kita, dari rencana A hingga rencana Z, sehingga sampai dimana kita sendiri yang harus berimprovisasi untuk sampai kepada tujuan, atau kita yang malah terbawa pada realitas yang berbeda dari idealitas, meski sampai tujuan toh nantinya agak melenceng sedikit.

Walau begitu, planning sebagai salah satu tahap untuk merealisasikan tujuan sangat berperan penting untuk memetakan pola hidup kita di masa depan, memandu tujuan hidup kita sehingga kita tidak hidup dengan 'asal-asalan'.  Saya pernah mendengar adagium "Gantungkan mimpimu setinggi langit, karena meski kau tak mampu untuk sampai dan jatuh, setidaknya kau akan jatuh di antara bintang-bintang".

Setiap orang wajib memiliki rencana, rencana itu, mimpi itu, harapan-harapan itu yang kelak akan membawa orang kepada kehidupan yang lebih 'hidup', disini lah letak pentingnya sebuah proses, sebenarnya.  Meski mimpi itu memotivasi, namun proses harus sangat ditekankan, karena inti hidup pada dasarnya adalah bagaimana kita mampu belajar, bukan seberapa besar pencapaian yang dikejar.

Bukankah tugas manusia itu adalah ikhtiar dan berharap?, karena pun segala hasilnya, tujuannya, Tuhan yang maha kuasa lah yang mengurusinya bagi kita.  Realitas adalah kehendak-Nya, takdir adalah ketetapan-Nya.  Mungkin kita akan terus berkutat dengan masalah planning, realitas dan tujuan, karena, toh, ketiganya adalah sesuatu yang tidak bisa dipisahkan dari diri kita sendiri.

Maka pada awal bulan ini marilah kita mulai membuat rencana-rencana dan tujuan konkrit, buatlah dreamlist, buatlah misi-misinya, jalankan task nya, nikmati prosesnya dan raihlah hasil serta tujuannya.

Nah, begitulah....begitulah... *kibas kumis*


*) Oiya, sepesial thanks untuk kekasihku yang nun jauh di negeri antah berantah sana, atas inspirasinya dan menemaniku(walau hanya lewat sms) sehingga aku mampu menyelesaikan tulisan ini sebelum sampai jam 12 malam.

0 komentar:

Posting Komentar