Jumat, 31 Agustus 2012

Jihad itu,... Indah.


Kata jihad mengalami pergeseran makna yang jauh dari arti terdalamnya, pelaksanaan jihad yang cenderung hanya keras-keras saja itu cukup membuat orang bergidik ketika mendengarnya, apa yang salah?.  Orang yang menganggap jihad secara sempit, akan menghalalkan segala cara untuk mencapai mati syahid. Orang yang berpegang pada pemahaman yang mengatakan bahwa syahid dalam jihad fissabilillah harus MATI DI MEDAN PERANG dan DI TANGAN ORANG KAFIR, akan kebingungan ketika dunia sudah dalam keadaan damai tanpa peperangan, sehingga dibuat jihadnya sendiri, lalu membikin-bikin perang sucinya sendiri dengan nama agama.  Mengkafirkan saudaranya agar mampu diserang sebagai 'sasaran tembak' jihadnya, menebarkan kebencian setiap waktu pada orang yang tidak sepaham.  Jadilah, yang tadinya dunia adem-ayem dibuat rusak, tapi mengatakan bahwa mereka ini sedang melakukan perbaikan.



Bukan tanpa alasan, sebab imbalan terhadap orang yang gugur dalam jihad itu besar sekali.  Dan ini yang menyebabkan banyak umat muslim berlomba-lomba untuk meraihnya, sehingga apapun dilakukan dengan berbagai pembenaran, ditambah lagi pemahaman ilmu tentang Jihad yang keras, tekstual, dan tidak komprehensif.  Padahal yang perlu diketahui adalah, sebenarnya jihad itu soal menegakkan 'amar ma'ruf nahi munkar demi tercapainya tingkatan insan paling mulia, apa itu?
"sebaik-baiknya insan adalah yang bermanfaat."(hadits)

Jaman dulu menjadi martir di medan perang itu bermanfaat, itulah pejuang-pejuang kemerdekaan, itulah pejuang-pejuang yang hatinya bersih, karena amal itu bergantung kepada apa yang ada di hatinya.  Jihad itu bukan ideologi di atas kertas, yang kaku namun rapuh.
Sebagian orang memaknai jihad sebagai perang suci, saya pun memahami hal itu, meski artian sesungguhnya bukan itu, sebab perang adalah qital, bukan jihad.  Namun yang perlu diperbaiki adalah menelaah 'perang' itu sesungguhnya; bukankah bentrok di dalam bathin serta pengentasan kebodohan juga termasuk perang?, melawan apapun itu termasuk perang, perang melawan kemiskinan, perang melawan ketidakberdayaan, perang melawan kesewenang-wenangan, banyak lagi perang-perang yang justru jauh lebih essensial dari pada perang dalam artian yang harafiah saja.
Sedangkan, perang di medan laga itu hanyalah sebuah manifest lain yang sesungguhnya tidak essensial, pedang yang berdenting atau peluru yang menembus dada pejuang itu adalah perang yang tampak di wajah.  Jauh lebih dalam sebenarnya ada yang patut difikirkan, bukankah Tuhan lebih sering menyuruh kita berfikir?.
Jihad pada dasarnya merupakan perjuangan, sedangkan perjuangan itu hadir karena adanya 'perang' yang harus dituntaskan.  Tapi kembali lagi kepada sebelumnya jika perang bukan hanya sekedar membunuh di medan laga atau menghancurkan manusia, lebih dalam dari itu: perang adalah bagian dari usaha manusia untuk bertahan dan lepas dari belenggu menuju kebebasan.
Maka ijinkan aku untuk kembali menyajikan kutipan kata-kata dari Sayiddina Ali ketika beliau berada dalam salah satu perang:

"Di dalam agama Allah tidak ada perkelahian atau permusuhan antara kamu dan aku. Kita bersaudara. Perang yang sebenarnya adalah antara kebenaran dan kekurangan kebijakanmu. Yaitu antara kebenaran dan dusta. Engkau dan aku sedang menyaksikan pertempuran itu."[1]


Maka pada jaman sekarang prioritas berjuangnya lain, biarlah pejuang di medan perang tetap ada karena itu merupakan suatu kebutuhan pertahanan.  Sekarang prioritas generasi yang cerdas mengganti perjuangan pedang dengan berjuang melalui pena, gantilah perjuangan dalam medan laga dengan menebarkan kebaikan dan ilmu pengetahuan.  
Karena dengan ilmu pengetahuan, maka manusia akan terlepas dari kebodohan yang merupakan celah kemunkaran untuk merusak manusia.  Dan dengan kebaikan, maka tercipta kehidupan yang harmonis, aman, saling toleran, penuh kebebasan dan suka cita.  Bukankah dunia dengan tuntunan jihad yang seperti ini akan terasa indah?.

Benar, Jihad itu indah jika dijalankan dengan jalan yang lurus,.. jalan yang Maha Cinta..

Categories: ,

0 komentar:

Posting Komentar