Kamis, 02 Agustus 2012

NGACA, PLEASE


Akhirnya, setelah memaksakan diri untuk melawan kemalasan saya dalam menulis, setelah sekian lama tangan saya enggan untuk mengeluarkan kata-kata, dan berhubung blog juga sampai jamuran karena belum ada postingan yang baru.
yakk!, mari dengan ini ijinkan saya untuk tampil kembali dengan postingan di blog saya tercinta ini.
*lambaikan tangan ke pembaca*

yup, rite, ngaca, that's it.  anda pernah ngaca?, tentu pernah, kalo gak pernah, silahkan ngaca.
Dalam hidup, kita tidak akan pernah lepas dari pro dan kontra, ada yang suka, ada yang tidak.
terkadang kita cuek terhadap hal ini, karena kita pasti menganggap "ah, biasa lah", padahal itu kurang benar.
Pro dan kontra mengajarkan kita untuk berbenah diri, mana yang harus ditambah, mana yang harus bertahan, mana yang harus diperbaiki.
Nah, sayangnya, tidak semua manusia sadar dengan hal ini.  lalu apa hubungannya dengan ngaca?

Manusia, pada umumnya bisa kita bagi menjadi tiga golongan;
  1. golongan yang kalo ngaca, dan keliatan mukanya jelek, trus kacanya dihancurkan.
  2. golongan yang kalo ngaca, dan keliatan mukanya jelek, dia cuek aja, gak peduli.
  3. golongan yang kalo ngaca, dan keliatan mukanya jelek, dia berusaha mendandani mukanya agar lebih enak dilihat.
Kegiatan ngaca ini sebenarnya merupakan analogi sederhana tentang reaksi kita terhadap pro dan kontra yang terjadi di dalam hidup.  Kalo yang pro sih, kita jadikan saja sebagai motivasi, support untuk terus maju.  
nah, kalo ketemu yang kontra gimana?, tentunya mungkin telinga kita pasti akan terasa habis dijeweri oleh guru matematika dengan segala hujatan dan kritik yang datang dari orang-orang yang kontra terhadap diri kita, panas!.
Maka dari itu, yuk mari kita lihat bagaimana golongan-golongan ini dalam menyikapi kontroversi dengan segala bumbu wajibnya: kritik dan hujatan.

Orang dengan golongan pertama, menghadapi hal ini dengan emosional, pesimisme, dan tidak efektif.
buruk muka cermin difentung!, yakkk..
dia akan berusaha menghilangkan segala kritikan dan hujatan itu dengan cara apapun, termasuk kekerasan.
golongan pertama ini biasanya orang-orang egosentris, memandang hal-hal yang ada pada sudut pandang egonya sendiri, sehingga apapun yang menurutnya benar, ya harus benar, dan dia tidak ingin berada di posisi terpojok atau seperti disalahkan.  dia akan memecahkan cermin ini ketika mengetahui keburukan pada dirinya, dia tidak sanggup menerima bahwa dirinya itu ada yang kurang, buruk, salah. pokoknya harus benar, titik.  sehingga biasanya golongan ini suka memaksakan kebenarannya pada orang lain dan bersikap eksesif terhadap berbagai kritikan atau masukan yang ditujukan kepadanya.

Golongan ke-dua, menghadapi kritikan dari pihak yang kontra dengan cara yang aneh lagi: cuek bebek.
orang-orang pada golongan ini cenderung 'kuping tembok'  terhadap berbagai masukan yang sesungguhnya diperlukan bagi dirinya sendiri.  bisa dikatakan, golongan ini bebal, namun tidak sekeras dan se-ekstrim golongan pertama.  Istilahnya kalo ada kritik yang ditujukan kepada mereka, mereka menggunakan jurus jitu: masukkan dari kuping kanan, buang lewat kuping kiri, gampang.  Masalahnya, orang-orang dengan sifat seperti ini akan sulit bisa maju dalam hidupnya, stagnan saja disitu, atau paling banter seperti keong, majunya lambat!.  karena masukan-masukan yang diperoleh dari kritik atas keburukan mereka itu tidak mereka proses, memilah-milih pun tidak, seperti kata Bung raja dangdut kita: sungguh terlalu!.

Kemudian kita beralih pada golongan yang ke-tiga, inilah golongan yang kritis terhadap pendapat orang lain, mereka menggunakan cermin itu sebagai mana mestinya.  Golongan ketiga ini menghadapi segala masukan dengan cermat, berani, dan terbuka.
segala kritik yang dilontarkan oleh para pihak yang kontra dengan dirinya, dipilah-pilih, kemudian diolah secara cermat, untuk membentuk diri menjadi lebih baik.  kontroversi, bagi mereka ini merupakan suplemen untuk membangun sebuah pribadi yang unggul, memacu mereka untuk lebih semangat melakukan perbaikan, sehingga meskipun kebanyakan kritik yang sampai kepada mereka itu bersifat menjatuhkan, hujatan, mereka ini tetap akan selalu bersikap terbuka dan menghargai kontroversial itu.  golongan ini cenderung open minded, tidak menganggap kritik atau hujatan sebagai suatu ancaman layaknya anggapan golongan pertama tadi, sehingga biasanya orang-orang seperti ini akan adem ayem saja di dalam masyarakat, tapi adem ayemnya yang menuju ke arah perbaikan, tidak seperti golongan kedua yang adem ayem tapi ndelep.

Dalam hidup, mestinya kita bisa menempatkan diri pada golongan yang ke-tiga ini, itu akan menjadi modal penting yang berafeksi kepada banyak aspek hidup yang kita jalani.  Kuncinya adalah memaklumi dan mau memahami, yang keduanya ini akan terwujud jika kita mau belajar untuk ingin jadi lebih baik dan lebih baik serta terus lebih baik, artinya perubahan menjadi lebih baik ini tidak cuma sekali saja, tapi berkesinambungan.
Kalau kita sudah mampu memaklumi dan mau memahami, niscaya kita akan menjalani hidup yang damai, karena toh, kontroversi sekalipun bukan ancaman bagi kita kan?.
yang penting ingat: jangan buruk rupa cermin difentung!




btw, selamat Bulan ramadhan :)

0 komentar:

Posting Komentar