Selasa, 03 Januari 2012

Kemana "Rahmatan Lil 'Alamin" ku?

Pulang dari muter-muter kota Metro tadi, aku langsung rebahan di kursi, nyetel TV buat lihat-lihat berita hari ini.  Dari satu stasiun TV ke stasiun lain nya, berita tentang konflik antara sunni dan syi'ah di Madura seolah-olah tak pernah lepas dari pandangan.  Sejenak aku berfikir, kenapa sih sampe seperti itu?, ada aja konflik di negeri tercinta ini, duh...





setelah cari sana-sini dari berbagai referensi di internet, lewat situs-situs berita di indonesia, penyebab awal adalah masalah keluarga or something like that.  saya menyesali itu, apalagi dalam pemberitaan, terdapat syubhat-syubhat yang simpang siur dan belum bisa di cek lagi kebenaran nya.  ada bumbu panas pula dari Ketua MUI Jatim KH Abdussomad Bukhori dengan mengatakan kalo aliran syi'ah di sampang itu perlu diwaspadai, bahkan saya temukan juga di salah satu media massa mengatakan bahwa kaum syi'ah di sana sholat wajib cuma 3 kali sehari, mengharamkan sholat jum'at(what the hell?).  saya masih menunggu saja bukti otentik atau fakta yang mendukung terhadap statement-statement di atas, jangan sampai ini disalahpahami oleh masyarakat dan menumbuhkan paradigma negatif terhadap aliran syi'ah pada umumnya.


Terlepas dari penyebab-penyebab kerusuhan di Madura itu, saya fikir, tindak kekerasan adalah hal yang salah dalam hal ini, apalagi dilakukan oleh muslim, yang notabene seharusnya kita sebagai umat dengan embel-embel Rahmatan Lil 'Alamin itu menjaga keamanan saudara kita, membentuk citra yang sesuai dengan yang diberikan langsung oleh Allah swt dalam ayat-Nya ;


وَما أَرْسَلْناكَ إِلاَّ رَحْمَةً لِلْعالَمِينَ
Kami tidak mengutus engkau, Wahai Muhammad, melainkan sebagai rahmat bagi seluruh manusia” (QS. Al Anbiya: 107)
see?, dengan melakukan tindak anarki seperti kerusuhan, pembakaran dan kekerasan lainnya, apakah masih embel-embel itu disematkan terhadap para pejalan Diin al-tauhid ini?, apakah tidak sampai di fikiran kita?, apakah Islam yang seperti itu masih rahmatan lil 'alamin?, entahlah.., kalau saya bilang, tidak, Islam bukan yang seperti ini.
Namun, dalam sudut pandang lain, saya melihat bahwa konflik semacam ini adalah suatu bentuk arogansi kelompok, bentuk yang lebih konkret adalah semacam tindakan radikal yang biasa ditujukan kepada kelompok lain karena mengancam eksistensi kelompok yang lebih besar yang telah ada sebelum kelompok yang baru ini ada. terlihat seperti kehidupan Gangster ya malahan?, haha, yeah,.. I think so.
Disini kita bisa melihat kerapuhan demi kerapuhan dalam penghayatan serta pemahaman Islam sebagai suatu bentuk yang universal, paham-paham pragmatis mulai menjalar yang menyebabkan orang-orang melupakan arti toleransi dan saling menghargai.  mulai saling klaim dia yang paling benar dengan pemahaman-pemahaman nya, mulai bersikap arogan terhadap yang tidak sepaham dan sependapat, dan saya sungguh sudah bosan mendengar semuanya.  kemudian malah masalah-masalah seperti ini menjalar menjadi konflik horizontal di tengah masyarakat, menyebabkan ketakutan dan ketidaknyamanan terhadap orang lain, dan lagi-lagi, jauh dari harapan "rahmatan lil 'alamin" yang sudah sejak awal diancang-ancangkan.  Lalu, apakah sebenarnya yang harus dibentuk dalam mewujudkan Islam yang rahmatan lil 'alamin secara universal?, atau, rahmatan lil 'alamin itu cuma khusus buat si A atau si B?, yang lain gimana? memangnya yang lain cuma ngontrak apa di dunia?. 

 Ajaran Islam, bukanlah ajaran dengan egoisme sebagai patokan, bukan sekadar "kami" tapi Islam adalah bagaimana "kita". artinya, setiap aspek dalam Islam, harusnya diwujudkan tanpa harus terlalu mempermasalahkan perbeda'an-perbeda'an antara 'kamu dan aku', melainkan membuka suatu paradigma tentang bentuk kehidupan sosial yang majemuk, mengajak kepada setiap manusia untuk saling menghargai dan mengasihi, bukan cuma sekadar pengetahuan-pengetahuan literal yang hanya di amalkan sebagai bentuk implementasi anti-pati terhadap golongan lain.  Belajar menerima perbedaan tanpa harus merasa tereliminasi karena adanya perbedaan adalah suatu hal yang tidak susah-susah amat kok ya sebenarnya, lakum diinukum waliyadiin kan?, secara mu'amalah harusnya kokoh, tapi ketika sudah masuk urusan akidah, itu sudah menjadi urusan masing-masing, jangan saling mengganggu atau mencampuri.
Nah, dalam mewujudkan keada'an yang rahmatan lil 'alamin, setidaknya ada 4 aspek yang harus ditanamkan sedemikian kokoh di dalam diri kita, yaitu; 
  • keimanan, 
  • kebijaksana'an, 
  • keadilan dan 
  • kebenaran.  

Aspek yang pertama, keimanan, adalah aspek yang ruang lingkupnya personal atau khusus, meliputi akidah, pemahaman-pemahaman agama serta berbagai penghayatan spiritual yang tidak sekedar terbatas pada teori atau tulisan-tulisan saja. Aspek ini adalah tiang yang mula-mula harus didirikan dalam mencapai tahap menegakkan Agama secara kaffah.  pada ranah ini, kita harus sering-sering bercermin dalam pelaksanaan nya, kita, di dalam cermin introspeksi itu, sudah benar belum sih?, sudah mampu belum sih beriman secara penuh yang sudah tentu konsekuensinya adalah memahami hukum-hukum Allah dan Rasul-Nya, serta mengimplementasikan nya dengan istiqomah dalam hidup kita?. apakah diri kita ini sudah cukup baik untuk bisa dijadikan panutan orang lain, dan bisa mewujudkan Islam yang rahmatan lil 'alamin?, sudahkah?. jika belum -dan harusnya teruslah merasa belum- maka kita harus terus menambal lubang-lubang yang ada di dalam aspek Iman kita, harus terus mengoreksi diri dan terus berusaha mendekatkan diri kepada Allah swt agar kita bisa menjadi manusia yang paripurna yang mampu mewujudkan kehidupan yang rahmatan lil 'alamin kepada semua yang ada di sekitar kita.

Aspek yang kedua, kebijaksana'an, kalau menurut pemahaman saya, aspek ini lebih kepada bagaimana cara pandang manusia dalam memilah-milih dan menimbang semua hal yang ada di luar dirinya, tentang bagaimana kita, sebagai muslim, berfikir secara dinamis terhadap hal-hal yang terjadi di lingkungan kita.  bagaimana kita menyikapi problematika hidup di tengah-tengah kemajemukan, bagaimana kita sebagai kaum yang dituntut untuk luwes dalam menghadapi masalah-masalah yang timbul, berfikir secara jernih dalam mengolah semua masukan-masukan yang lewat dalam hidup, sesuai dengan koridor tauhid serta memperhatikan adab yang rahmatan lil 'alamin, sesuai dengan aspek keimanan yang sudah kita bangun.  sekali lagi, kebijakan yang ditanamkan bukan sekadar teori-teori semata, tapi lebih tentang bagaimana seorang muslim yang 'berserah diri' ini berfikir secara Islam pula, bukan mental teroris radikalis yang merasa paling benar sendiri.  dengan menanamkan ini dalam rangka mewujudkan Islam yang rahmatan lil 'alamin, maka diharapkan segala perilaku kita dalam memandang dan menyikapi problematika hidup itu tidak kaku dan pragmatis.
Aspek yang ketiga, keadilan, jika pada aspek keimanan lingkupnya adalah personal atau khusus, dan aspek kebijaksana'an berorientasi terhadap masalah sikap personal terhadap lingkungan dalam memandang masalah, maka ketika kita disuguhi aspek yang ini, kita seharusnya bisa mendapatkan gambaran tentang ruang lingkup keadilan yang sifatnya universal atau umum, dalam artian, bahwa adil ini bukanlah adil 'menurut saya' atau 'menurut dia', tapi keadilan adalah suatu tingkat kepentingan yang besar yang berkaitan dengan maslahat umat, yang diberikan sesuai dengan proporsi masing-masing individu yang sudah termaktub dalam hukum.  ya, keadilan sangat berkaitan erat dengan hukum, karena dengan hukum, keadilan bisa tercapai.  Lalu, bagaimana memupuk rasa adil dalam diri kita dalam mewujudkan Islam yang rahmatan lil 'alamin?, yaitu dengan memahami dan mengimplementasikan hukum sesuai dengan apa yang Allah dan Rasulnya berikan, bersama'an dengan pertimbangan-pertimbangan yang kompleks dalam menghadapi suatu permasalahan.  Dengan keadilan yang benar-benar adil, diharapkan kita mampu menghapus kotak-kotak diskriminasi di tengah-tengah masyarakat, memberikan rasa nyaman di dalam kehidupan, memberikan kesempatan yang sama untuk setiap manusia dalam menjalani hidup yang lebih baik.  Sebuah gambaran yang dirasa sebagai Utopia ini seharusnya bisa terwujud jika kita sudah menerapkan keadilan pada hidup kita, menerapkan rasa adil dalam memandang siapapun di sekitar kita, yang otomatis, toleransi dan saling menghargai tentunya akan terwujud dengan mudah ketika di-implementasikan nya keadilan dalam hidup ini secara penuh.

Aspek yang terakhir, kebenaran, hal ini berkaitan erat dengan ketiga aspek yang sudah saya paparkan di atas. kebenaran hanya akan terwujud jika keimanan, kebijaksana'an dan keadilan sudah ditegakkan, tidak mungkin tidak.  kebenaran yang dilandaskan oleh hukum-hukum Allah, kebenaran yang didasari dengan kebijakan yang sudah dipupuk, sehingga keadilan yang tertuntun menuju lembah kebenaran itu bukanlah sekedar kebenaran yang berisi kepentingan golongan saja, bukan cuma kebenaran yang terkesan di benar-benarkan saja, bukan pula kebenaran yang dibentuk atas dasar pemikiran-pemikiran dangkal tanpa pengetahuan mengenai aspek wisdom yang menyeluruh, tapi kebenaran yang menyentuh setiap aspek kehidupan yang cahayanya menyinari segala sesuatu disekitarnya sehingga kebenaran itu dirasakan sebagai kehangatan matahari pagi oleh setiap orang yang ada di sekitar kita. itulah kebenaran yang rahmatan lil 'alamin, kebenaran universal yang menyejukkan, kebenaran yang hakiki.

Selama keempat aspek di atas belum dibangun dan diamini oleh semua kaum muslimin, maka agaknya susah untuk mewujudkan Islam yang rahmatan lil 'alamin, susah sekali bagai menimba air dengan saringan tahu.  dan mungkin banyak yang masih bertanya-tanya hingga saat ini "kemana 'Rahmatan Lil 'Alamin' ku?".

akhir kata, saya sadar bahwa semua ini kembali kepada kita, kepada saya, dalam menyikapi segala hal.(halah, kok penutupnya terasa kurang keren ==" )

"Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan [kebenaran] karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS Al Maidah: 8)

____________________________
*)gambar2 di atas dicuri langsung dari paman google, kalau ada owner yang tidak berkenan, disarankan untuk komplain ke saya.
**)judulnya terinspirasi(nyontek) dari status fbnya mas eko andrianto tadi malem #halah
Categories:

0 komentar:

Posting Komentar