Minggu, 06 Januari 2013

Nada Mayor


Kita selalu mendengar nada-nada keras yang terlantun dari kalangan mayoritas,
mereka bertingkah layaknya Tuhan, hakim sana-hakim sini..
Mereka berteriak, "ini rumahku, ini tanahku,", atau,"kalian minoritas, harusnya hormat kepada yang paling banyak, jika tidak suka, silahkan pergi jauh-jauh".

Mirisnya minoritas hidup di sistem demokrasi, (atau, sistem voting?),..
ketika yang paling banyak berkuasa, dan yang terpinggirkan selalu minoritas..

Jika mayoritas = superioritas,
kenapa yang maju dan memajukan justru muncul dari kalangan minoritas?,
apakah golongan mayoritas ini cuma numpang nama dari hasil kerja orang-orang 'terpinggirkan dan parasit' ini?..

toh, mereka yang menyebut kaum minor sebagai 'parasit', 'tamu gak tau diri' dan/atau 'orang abnormal' ternyata memang tidak pernah mau berbuat lebih jauh, tanpa imbalan..
tersungkur dalam kejayaan masa lalu, mayoritas dan 'tuan rumah'..
Lagak mereka yang seperti kumpulan orang penting, seperti dilahirkan untuk menjadi eksklusif,

dan, ya.. bukankah anak-anak dari kalangan elit, samurai di jepang, pun binasa karena hal sepele : kosmetik?..
bagaimana mayoritas ini bisa berbangga-bangga dengan statusnya padahal mereka banyak mendengarkan cerita tentang kejayaan-kejayaan orang-orang terdahulu yang, di dalam banyak kesempatan, dibinasakan dengan berbagai cara..

Ada kalanya yang kuat menjadi lemah, yang besar menjadi runtuh, yang banyak menjadi habis,.. karena, roda hidup selalu berputar, nak..
Categories:

0 komentar:

Posting Komentar