Rabu, 09 Januari 2013

MENGAPA MIMPI BEGITU PENTING?



"Gantungkanlah cita-citamu setinggi langit", dan kemudian "tulis mimpimu di atas kertas dan pasang 5cm dari dahimu".
Adagium yang pertama dan selanjutnya kebanyakan dinilai sebagai sesuatu yang kontradiktif, padahal memang keduanya berbeda dan saling melengkapi.  


Mimpi yang akan saya bahas disini bukanlah suatu bunga tidur yang sejatinya tercipta dari alam bawah sadar manusia, tapi mimpi yang sengaja dibuat oleh manusia, secara sadar.  Mimpi yang berarti cita-cita, pengharapan, dan keinginan.  Disebut mimpi karena cita-cita itu begitu kuatnya, bukan lagi sekedar pengharapan yang lewat atau terbang begitu saja, namun karena kuatnya keinginan, hingga sering bermanifestasi dalam bayang-bayang yang nampak dalam kehidupan, sebuah dorongan keinginan yang harus segera diwujudkan, atau, ingin sekali hal itu terwujud.

Kemudian ketika kita berbicara soal mimpi dengan konteks cita-cita, kita akan menemukan banyak sekali cerita-cerita yang dibungkus dalam berbagai bentuk, film-film, novel, kita juga barangkali sering disuguhkan saat seminar pengembangan diri, dan pepatah-pepatah.  Seolah begitu penting nya hal ini selalu ditransfer kepada orang lain dengan berbagai cara pada setiap jamannya, dimana kemudian gagasan itu menyebar dan mempengaruhi setiap orang di dalam lingkup kepentingannya.

Kita mungkin pula tahu dan ada kalanya sering mendengar pertanyaan-pertanyaan legendaris ini, yang berkaitan dengan perencanaan tujuan hidup yang jelas: ada dimana kita sekarang?, akan kemana nanti?, bagaimana cara untuk sampai kesana?..

Pertanyaan pertama bertujuan untuk membangkitkan seseorang ke alam sadarnya, membawanya utuh ke dalam realita dimana  nantinya manusia akan menghabiskan seumur hidup di situ.  Sebelum jauh melakukan apa yang tidak disadarinya, manusia harus mengerti betul tempatnya sekarang, dalam artiannya adalah siapa dirinya, bagaimana keadaannya, mengapa harus ada disitu, dan dalam waktu itulah seseorang harus belajar dasar-dasar tentang dirinya yang sekarang, terutama mengetahui kelemahan-kelemahannya.

Karena pada dasarnya kekuatan terbesar manusia adalah jika seseorang mampu mengetahui dan mengerti kelemahan-kelemahannya, karena pula seseorang tidak akan bisa menghadapi segala sesuatunya, dan pasti akan menemui kejatuhan bilamana belum mengerti tentang kelemahan-kelemahannya dan cara mengatasinya.  Bukankah yang menghancurkan manusia itu umumnya adalah berasal dari dirinya sendiri?.

Pertanyaan kedua adalah fokus dari apa yang hendak dicapai, disitu lah kerangka berfikir tentang tujuan, cita-cita, mimpi, disusun.  Kehidupan adalah sebuah perpindahan yang tidak ter-elakkan, tanpa diketahui sebelumnya pun, kita akan secara otomatis akan berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya, dari suatu keadaan ke keadaan lainnya, atau minimal dari satu waktu ke waktu lainnya.  Dan itu semua kemudian akan menggilas kita jika kita tidak punya plan yang jelas, kita akan tetap menjadi tua, akan tetap mengalami pergantian keadaan, dan yang pasti akan mati.  Tapi apakah kita akan menjadi tua tanpa mengisi itu dengan sesuatu yang terarah?, apakah kita hidup hanya untuk menunggu kematian saja?, tentu usia atau rentang waktu antara kelahiran dan kematian itu ada sesuatu yang memang sudah dipersiapkan oleh sang Pencipta untuk makhluqnya.

Kita mungkin pernah tahu adagium ini : kehidupan sejatinya adalah tenggat antara huruf B(Born/lahir) dan D(Death/mati), yang ditengah-tengahnya adalah huruf C(Choice/pilihan).  Kita sudah melewati kelahiran dan tumbuh, dan pasti suatu saat kita akan menemui kematian, tidak bisa tidak.  Namun pilihan hidup adalah sesuatu yang lain, bisa saja ada, bisa saja tidak.

Kita bisa memilih untuk mati tanpa menjadi apa-apa saat hidup atau mati dengan meninggalkan sebuah cerita di dalam kehidupan, ya, itulah perjuangan.  Tapi, perjuangan untuk apa?, maka di sinilah fungsi cita-cita, gagasan, mimpi dan pengharapan.  Semuanya yang kemudian saya sebut visi adalah inti dari kehidupan.  Segala pergerakan dan perpindahan itu mengarah kepada suatu tujuan, tergantung apakah tujuan itu disengaja, tidak disengaja, atau sudah ditetapkan-Nya(mati).

Maka pilihan itu bekerja dan sebaik-baiknya pilihan adalah pilihan yang didasari oleh kesadaran kita dalam memandang realita tempat dimana kita berada saat ini, sebuah tujuan : aku sekarang berada disini, selanjutnya akan kemanakah aku?.

Menyusun sebuah skenario kehidupan itu bukan tugas manusia, manusia hanya punya kewajiban untuk memilih dan berdo'a, memilih untuk bermimpi dan berusaha, atau diam menunggu mati.
Tujuan yang ada dalam mimpi itulah kemudian yang membedakan antara saya dan anda, kalian dan mereka, juga antara manusia dan 'sekedar manusia'.

"Gantungkanlah cita-citamu setinggi langit", dan kemudian "tulis mimpimu di atas kertas dan pasang 5cm dari dahimu".

Adagium yang pertama dan selanjutnya kebanyakan dinilai sebagai sesuatu yang kontradiktif, padahal memang keduanya berbeda dan saling melengkapi.  Bermimpi setinggi-tingginya itu penting, kita harus punya standar prestise yang harus diraih, dengan begitu semakin besar dan kuat usaha yang akan kita lakukan.  Tapi begitu sudah dicita-citakan, maka mimpi itu tidak lah boleh lenyap tenggelam didalam bintang-bintang, mimpi itu harus benar-benar bisa diingat, harus benar-benar bisa dilihat dan dilihat setiap waktu, maka kembali seperti di atas : "Disebut mimpi karena cita-cita itu begitu kuatnya, bukan lagi sekedar pengharapan yang lewat atau terbang begitu saja, namun karena kuatnya keinginan, hingga sering bermanifestasi dalam bayang-bayang yang nampak dalam kehidupan, sebuah dorongan keinginan yang harus segera diwujudkan, atau, ingin sekali hal itu terwujud."  Maka, letakkanlah daftar cita-cita yang sudah digantungkan itu sedekat mungkin dengan hatimu, agar motivasi itu terus mewarnai kehidupanmu, jangan kau jauh-jauh dari mimpimu, jangan sampai terlupakan, kalau perlu pasang 5 cm dari dahimu, dengan begitu pertanyaan ketiga akan menjadi jelas jawabannya.

Pertanyaan ketiga adalah buah yang jatuh dari pohon jawaban dari pertanyaan kedua, karena begitu kita fokus pada suatu impian, maka upaya yang kita lakukan akan berjalan mengikuti impian.  Maka sudah dikatakan tadi, impian yang tinggi semestinya menghasilkan upaya yang sebanding pula, ketika anda belum sampai kepada impian tersebut, setidaknya apa yang anda raih mungkin akan lebih dahsyat ketimbang jika anda tidak punya target.

Bagaimana jika pada suatu titik kita merasa tidak mampu untuk terus berjuang menggapai mimpi yang selalu membayang-bayangi kita?, itu wajar, ketakutan pada awalnya adalah wajar, tapi yang utama adalah niat, keyakinan, karena begitu anda yakin akan sesuatu hal, maka keyakinan itu yang akan memilih anda.  Di buku The Alchemist misalnya digambarkan, bahwa alam semesta akan membantu anda ketika keyakinan sudah kuat kuat di dalam diri.  Banyak hal baru yang akan anda alami nantinya dalam meraih sebuah impian, dan akan banyak rintangan pastinya.  Yang jelas:

Mimpi - Usaha = Khayalan
Mimpi + Usaha = Kenyataan

Itulah yang kemudian membedakan antara mimpi, dan 'hanya mimpi'.

Tapi inilah yang kemudian mendasari mengapa mimpi menjadi begitu penting, bukan soal akan berhasil atau gagalkah anda dalam menggapai impian tersebut, tapi prosesnya itu yang akan mengajari anda banyak hal, proses itu yang penting.  Dimana anda akan banyak pelajaran yang anda petik, yang nantinya akan berguna sekali di masa depan, baik untuk anda maupun untuk orang lain.  Karena, "salah bisa diperbaiki, gagal bisa mencoba lagi, tapi menyerah berarti selesai!(@miemie19Falinda )"
Categories: ,

0 komentar:

Posting Komentar