Jumat, 28 September 2012

Seberapa Independen kah kita?

Pagi tadi, saya tiba-tiba kepikiran dengan sepenggal statement kawan di facebook, soal freedom, kebebasan.  Tersesat dalam pesan iklan salah satu operator selular di tanah air yang terkait soal kebebasan(you-know-who-lah), yang pada dasarnya mengaburkan isi dari liberty(kebebasan) ini sendiri.
Sekarang mari kita pikirkan tentang arti kebebasan ini: apakah kebebasan itu?.  Sebagian orang menyatakan bahwa kebebasan adalah keadaan dimana kita mampu berbuat atau memilih secara infinitif, tidak dibatasi.  Kemudian saya berfikir bahwa ini bisa jadi titik tolak untuk mencapai pemahaman yang lebih mengerucut, maka mari ijinkan saya untuk mengupas definisi ini lebih jelas.

Pembatasan, pada dasarnya adalah upaya yang dilakukan agar manusia mampu mengetahui secara gamblang apa yang harusnya dilakukan atau tidak dilakukan, yang boleh dilewati atau yang tidak boleh dilewati, namun apakah ini sebuah penghalang untuk mencapai independensi itu?.  Maka kita lihat pada substansi pembatasannya, misal pada undang-undang atau norma sosial yang berlaku, disini kebebasan terkait dengan rights atau hak asasi yang mana kebebasan haruslah selaras dan tidak melanggar hak asasi itu sendiri.  Pertanyaannya adalah, apakah kita sudah mengetahui poin-poin hak asasi yang kita miliki untuk dipergunakan?, dan, apakah hak asasi kita juga selaras dengan kebebasan/liberty orang lain sehingga tidak menyentuh hak asasi yang orang lain miliki?.  Selain hak asasi untuk hidup, setidaknya kita punya 9 hak asasi untuk diperjuangkan:

  • Political freedom
  • Freedom of assembly
  • Freedom of association
  • Freedom of speech
  • Economic freedom
  • Moral responsibility
  • Academic freedom
  • Intellectual freedom
  • Scientific freedom


Disini lah fungsi pembatasan yang sesungguhnya, sebagai kontrol sosial agar tidak terjadi crash antara kebebasan individu yang satu dengan yang lain, sehingga tidak terjadi kebebasan yang justru melanggar hak asasi orang lain. 

Lho?, jadi gak ada kebebasan yang nyata donk, sesuai definisi awal yang menyatakan bahwa kebebasan adalah keadaan dimana kita mampu berbuat atau memilih secara infinitif, begitu?.  Sebenarnya definisi kebebasan seperti itu menyimpang, itu lebih tepat jika dinyatakan sebagai ke-sewenang-wenangan, semau-mau, karepe dewe.  Karena kebebasan atau kemerdekaan atau independensi itu soal dimana kita tidak lagi terikat oleh perbudakan, baik secara fisik ataupun ideologi, yang jika kita masih menganggap bahwa kesewenang-wenangan itu adalah kebebasan, maka sebenarnya kita masih terikat dan terpasung oleh kuasa nafsu pribadi, egoisme, kita masih menjadi budak dibawah tuan yang buruk, sehingga dalam hal ini kita sama sekali tidak punya kebebasan karena secara teknis kita masih menjadi budak, serta kesewenang-wenangan cenderung melanggar kemerdekaan orang lain juga toh?.  Konsep kesewenang-wenangan dalam filosofi liberty termasuk pada liberty negative, atau kebebasan desktruktif, yang dalam hal lain disebut kebebasan semu.

Kemudian hal lain yang patut diperhatikan soal kemerdekaan diri adalah tentang adanya aturan-aturan itu tadi, apakah aturan-aturan itu adalah semacam penghalang bagi kemerdekaan?.  Ini perlu kajian yang lebih mendalam, sebab kemerdekaan pada hakikatnya menuju pada ranah yang lebih baik sehingga harusnya aturan-aturan yang ada itu mampu mengarahkan kita untuk menuju ke arah yang lebih baik, kecuali jika aturan itu mengekang hak asasi kita, ini yang harus diperjuangkan.  Saya akan menegaskan sekali lagi, bahwa kebebasan yang benar/positif itu adalah keadaan dimana kita mampu meraih apa yang harusnya kita miliki(hak asasi), tidak melanggar kebebasan orang lain, dan kebebasan ini mampu untuk membawa kita kepada keadaan yang terang berderang, mencerahkan, bukan menghancurkan.  Itu sebabnya lambang liberty(kebebasan) adalah obor. <!-- kenapa tidak lampu petromax?, mungkin?.

Symbol of liberty

Rasulullah SAW dalam hal ini menunjukkan contoh bagaimana seharusnya liberty itu ditegakkan, beliau mengubah Arab jahiliyyah yang penuh dengan krisis moral, kehidupan yang kelam, skeptisme terhadap kemerdekaan, menjadi bangsa yang memiliki aturan, berperadaban, kritis, serta merdeka dari kuasa tribalisme yang menghancurkan, sebuah keadaan yang terang berderang.

Nah, berdasarkan sedikit pemikiran di atas, kita bisa menyimpulkan sedikit hal, terutama tentang perbedaan antara kesewenang-wenangan dan kebebasan, karena meski keduanya bersumber pada will(kehendak) yang sama, namun afektifitasnya tentu menuju muara yang berbeda.  Sebab dalam prosesnya kesewenang-wenangan diambil alih oleh perbudakan nafsu negatif, sedangkan kemerdekaan(independensi) punya sandaran ideologis serta aturan-aturan yang bertujuan untuk menjadikan pribadi kepada keadaan yang lebih baik, tentunya lepas dari perbudakan/kegelapan.
Sehingga mungkin pertanyaan yang tepat untuk menggali pemikiran ini adalah: Seberapa independen kah kita?,
Categories: ,

1 komentar: