Senin, 04 Juni 2012

Degradasi Chapter 2 (Sejarah : Going to the Past)


Sejarah merupakan bagian dari keniscayaan,
terpaku pada satu versi sejarah akan menimbulkan dilema dan salah paham ketika dihadapkan pada alternatif kronologi yang lain,
pengamatan dalam meninjau kebenaran bukan dari alur secara eksplisit, tapi membentuk gagasan yang jelas dari apa yang ditangkap dalam cerita yang terkandung dalam sejarah itu sendiri.
penutur sejarah dapat dipastikan sebagai seseorang yang mengalami atau melihat kejadian tsb secara langsung, tapi yang jadi problem, sampai dimana sejarah tersebut akan objektif alias apa adanya?, tanpa adanya intervensi atau keadaan yang subjektif, berkaitan dengan ketidaksuka-an atau sinisme terhadap suatu hal pada tokoh ataupun keadaan sejarah tsb?.

Tradisi oral atau kelisanan memang membentuk dialektika nya sendiri ketika berasimilasi dengan tradisi, cerita yang diwariskan turun temurun merupakan bahan yang penting untuk membongkar kulit suatu sejarah, hanya kulitnya.
jika hanya sejarah lokal ataupun sejarah yang tidak universal, mungkin hanya akan sedikit menemukan versi dari ceritanya sendiri, tapi bagaimana jika sejarah tersebut diabadikan oleh banyak sekali sumber dengan tingkat universalisme yang tidak bisa dianggap kecil?, contoh, sebuah cerita sejarah yang menuturkan kejadian banjir besar di dunia pada zaman dahulu.
kita akan menemukan berbagai kronologi ataupun penokohan yang bisa jadi kontras satu sama lain walaupun intinya sama; seorang yang diberi "wangsit" untuk membangun bahtera super besar karena dikabarkan akan terjadi banjir yang maha dahsyat.

Penuturan sejarah bisa jadi berbeda karena berbagai faktor, selain karena sejarah itu sendiri merupakan cerita yang diturunkan selama beberapa generasi, yang memungkinkan terjadinya modifikasi cerita dengan bumbu-bumbu dramatis yang ditambahkan.  Bahasa, adalah salah satu faktor yang bisa jadi sedikit merubah sisi ke-tokoh-an dalam suatu cerita sejarah, bahasa yang diadopsi oleh suatu budaya akan mempengaruhi fonasi(pengucapan) dalam menyebutkan tokoh dalam suatu versi sejarah [Manu, noah, nuh dsb].  kemudian budaya, faktor ini merupakan sebuah bagian penting yang sangat mempengaruhi bagaimana suatu masyarakat menerjemahkan sejarah kedalam bentuk yang benar-benar "khas" sejalan dengan bagaimana mereka mengadopsinya sebagai sesuatu yang berkesan.
Lalu yang tidak kalah penting adalah sudah berapa lama sejarah ini diceritakan, pertukaran budaya yang terjadi terus menerus pada masa lalu memang tidak lepas dari sejauh mana sejarah tersebut menjadi sesuatu yang universal.  selain kesemuanya yang di atas, subjek yang menceritakan suatu sejarah tidak lepas dari "tanggung-jawabnya" dalam menyebarkan suatu cerita ini, karena yang menceritakan adalah manusia pula, maka berbagai kemungkinan terhadap Human-error bisa saja terjadi.
Karena sejarah pada awalnya merupakan kejadian yang dianggap ada, kemudian diceritakan secara lisan pada banyak orang, setelah itu selama beberapa generasi mengalami copy-paste yang bisa jadi mengalami perubahan, kemudian diadopsi oleh banyak budaya, dengan ceritanya masing-masing, dan baru pada beberapa generasi ini mengalami penerjemahan kedalam bentuk tulisan, maka apakah sejarah yang sekarang merupakan suatu kebenaran mutlak jika hanya dipegang atau dimonopoli suatu golongan?.

Pengambilan banyak sumber serta mempertautkan benang merah yang ada mungkin bisa jadi merupakan langkah yang bijak dalam mengambil inti atau gagasan sejarah yang diceritakan, tidak dalam monopoli versi, bukan pula menganggap berbagai versi merupakan cerita yang berlainan secara esensial.

hmmm, mungkin kita bisa merancang sebuah mesin waktu untuk benar-benar bisa menerka atau bahkan melihat kejadian sejarah yang sesungguhnya, Going to the past?

0 komentar:

Posting Komentar